Terakhir diperbarui 18 Mei, 2022
Layar.id – Fajar Bustomi merupakan salah satu sineas kenamaan Tanah Air. Karya-karyanya begitu melekat di ingatan karena sukses merebut hati jutaan penonton Indonesia. Di antaranya ada Dilan 1990, Dilan 1991, Milea: Suara dari Dilan, dan Mariposa.
Menurut pria berusia 37 tahun ini, cerita yang dihadirkan dalam karyanya cenderung sederhana tetapi kaya rasa. Perlahan Fajar merasa nyaman dengan ide sederhana dan berhasil meraciknya sehingga hasilkan jutaan penonton.
Baca: Untuk Kesekian Kalinya, “The Wicked” Universal Ditunda Lagi

Vanesha dan Iqbaal saat promosi Dilan 1991
FAJAR BUSTOMI
Trilogi Dilan yang diadaptasi dari novel karya Pidi Baiq ini, berhasil diterjemahkan dalam fitur film oleh Fajar Bustomi. Ketiga film tersebut berturut-turut mendapatkan penonton berjumlah lebih dari 6 juta, 5 juta dan 3 juta penonton.
Melihat penerimaan yang baik, adalah tepat bila mengulas ciri khas dari karya sang sutradara campuran Aceh-Minangkabau ini. Menurut Fajar, dirinya nyaman dengan kisah yang sederhana karena dekat dengan kehidupan sehari-hari.
“Mungkin karena sudah banyak film yang menurut penonton berlebihan. Padahal kenikmatan menonton film ketika kita mendapatkan rasa, identifikasi kita ke film dekat. Kita masuk ke dunia film,” kata Fajar Bustomi (2/4/20).
Baca: Intip Scene ‘Bayi Sonic’ yang Dihapus dari “Sonic The Hedgehog”

Sutradara Fajar Bustomi
FILM REMAJA
Bila Pelayar lebih teliti, maka selain cerita yang sederhana, film-film garapan Fajar Bustomi juga kompak mengusung kisah remaja.
“Yang pasti remaja itu harus energik, harus ada kerennya, harus memunculkan itu. Remaja kan pemikirannya liar. Merdeka banget. Makanya banyak karya tercipta dari remaja, karena cara berpikirnya enggak dibatesin sama kotak,” jelasnya.
Baca: Simak Film Leonardo DiCaprio Saat Remaja dalam “What’s Eating Gilbert Grape”

Fajar Bustomi bersama pemeran Dilan dan Milea
Dirinya pun tak menampik pernah menerima tawaran pembuatan film horor, salah satu genre yang digandrungi penonton. Meskipun horor adalah lahan subur di Indonesia, Fajar dengan terbuka mengungkapkan dirinya tak ingin menggarap film horor.
“Saya selalu menolak tawaran bikin film horor,” kata Fajar. “Karena saya sayang sama anak. Saya mau anak saya hidup menjadi orang pemberani, tidak takut setan. Saya enggak mau anak saya menonton film saya, terus jadi takut sama setan. Anak jadi patokan saya.”
Baca: Anya Taylor Joy Jadi Kandidat Kuat Untuk “Mad Max”
Dengan cara ini, Fajar Bustomi berhasil menghadirkan warna baru dengan ciri khasnya sendiri, untuk memperkaya perfilman Indonesia. Bagi Pelayar yang menikmati karya-karyanya, manakah yang menjadi favorit Anda?
Sumber dan foto: berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.
