Connect with us

Hi, what are you looking for?

Film Jepang

Writhing Tongue: Film Pembuat Trauma Sesungguhnya

poster furueru shita

Layar.id – Horor tidak melulu harus berhubungan dengan hantu, supranatural, atau psikopat. Selama menimbulkan rasa takut, terutama trauma, maka sudah pantas disebut horor.

Dan jika tema horor ini diolah oleh sineas Jepang, maka jenis ketakutan yang disajikan akan semakin liar bahkan tidak pernah dipikirkan oleh sineas barat. Apalagi medio 80-an, sinema Jepang didominasi oleh Pinku Eiga atau Pink Film yang kebanyakan memang bertema horor erotis dengan jalan cerita yang membuat mulut ternganga saking liarnya ide yang ada di kepala sineas Jepang.

Dan bagi sutradara legendaris Jepang, Nomura Yoshitaro, dirinya punya ide jauh lebih liar ketimbang film-film horor a la Pinku Eiga. Sutradara yang sudah memulai karirnya sejak 1950 ini mengadaptasikan novel milik Miki Taku dan membawanya ke layar dengan hasil yang bisa membuat siapa saja trauma.

Tidak ada hantu, tidak ada psikopat, tidak ada unsur erotisme. Idenya sederhana: tentang penyakit yang sering kita dengar, tetanus. Dan hasilnya adalah kengerian selama hampir dua jam dalam film berjudul Writhing Tongue atau Furueru Shita (1980) .

Jadwal Tayang Gannibal Episode 1 Sampai Selesai

Alur Cerita

Keluarga Miyoshi yang terdiri dari sang ayah Miyoshi Akira (Watase Tsunehiko), sang ibu Miyoshi Kunie (Toake Yukio), dan anak perempuan Miyoshi Masako (Wakamori Mayuko) yang masih berusia 5 tahun, tinggal di apartemen sederhana pinggiran kota Chiba.

Sebagai anak satu-satunya, Masako sangat disayang oleh kedua orangtuanya, meski sang ayah kerap bersikap tegas yang mengakibatkan Masako menjadi takut jika berhadapan dengan ayahnya tersebut. Suatu hari, Masako bermain di kubangan besar di belakang apartemen. Jarinya terluka. Merasa hanya luka kecil, Masako terus bermain.

Masako tergores jaarinya

 

Hari berikutnya, Masako demam dan mengalami kejang. Dia menggigit lidahnya. Khawatir terjadi sesuatu, Masako dibawa ke klinik terdekat. Apalagi Masako tidak bisa membuka rahangnya. Sayangnya, dokter yang menangani Masako nampak tidak tertarik dan mendiagnosis Masako dengan demam biasa. Akibatnya, Masako kembali kumat. Kunie, sebenarnya sudah curiga jika Masako terjangkit tetanus.

Akira dan Kunie lantas membawa Masako ke rumah sakit yang lebih besar dan langsung ditangani oleh profesor (Uno Jukichi). Dan dari hasil pemeriksaan, Masako terinfeksi tetanus akibat luka yang dia dapatkan saat bermain di kubangan. Tidak ada pilihan lain. Masako harus segera dirawat dengan perawatan khusus dibawah pengananan dokter Nose (Nakano Ryoko).

Masako dirawat dalam pengawasan dokter Nose

Dan selama perawatan inilah penonton disuguhi adegan-adegan horor yang menimbulkan trauma.

Ulasan Film

Tetanus sendiri adalah penyakit infeksi yang berasal dari penyebaran spora bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini menyerang sistem saraf dan otot. Ciri khas dari penyakit tetanus adalah terkuncinya rahang. Dan dari keadaan terkunci inilah, lidah kemungkinan besar tergigit. Dan bagi anak-anak, penyakit ini punya tingkat kematian yang tinggi dan sulit disembuhkan.

Inilah yang dihadapi oleh Masako sepanjang film. Pelayar akan akrab dengan rembesan darah di piyama Masako. Belum lagi teriakan yang tertahan dan menyayat hati. Perawatan yang diterima oleh Masako sendiri bukan main sakitnya.  Seperti saat paru-paru Masako yang harus di-vakum untuk mengeluarkan darah karena tetanus sendiri memang menyerang organ pernafasan. Menyaksikan perawatan yang harus diterima Masako, bagaikan menonton seri horor Jepang dengan tema penyiksaan, Guinea Pig, yang juga rilis pada tahun 1980-an. Bedanya, Masako “disiksa” demi kesembuhannya. Pasien tetanus juga sensitif terhadap cahaya dan suara. Ruangan Masako sendiri harus steril terhadap cahaya. Setitik cahaya saja yang masuk akan memicu kumat.

1 Litre no Namida: Ketika Penyakit Menggerogoti Nyawa

Kegilaan juga menyelimuti orangtua Masako. Sang ayah menganggap bukan tetanus yang menginfeksi anaknya melainkan setan. Sementara sang ibu sudah bersiap untuk bunuh diri seandainya Masako tidak selamat. Tak hanya orangtua, dokter Nose pun putus asa. Sebagai dokter dia tahu persis penyakit yang diderita Masako sangat sulit disembuhkan.

keluarga putus asa

Wakamori Mayuko benar-benar total dalam memerankan Masako. Meski minim dialog karena memang harus terbaring sakit, namun aktingnya benar-benar membuat penonton bersimpati bahkan ikut berdoa berharap penyakitnya segera diangkat.

Konflik yang dibangun pun tidak berbelit-belit. Tidak ada konflik lain misalnya masalah keuangan dalam biaya perawatan Masako walau terlihat secara jelas, orangtua Masako hanyalah cerminan masyarakat menengah bawah Jepang.

Sang sutradara, Nomura Yoshitaro, juga berhasil menggambarkan secara nyata bagaimana perawatan penyakit tetanus khususnya pada akhir 70-an.

Dan meski saat ini kasus tetanus sudah jarang ditemukan karena gencarnya pemberian vaksin yang mampu mencegah infeksi sampai 90%, tetap saja bagi Pelayar yang sudah menjadi orangtua atau segera menjadi orangtua, atau yang punya keponakan kesayangan yang masih kecil, film ini benar-benar dapat menimbulkan trauma dalam yang terus membekas.

Bagaimana, berani menontonnya?

 

 

 

 

 

 

Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Baca Juga

Film Jepang

Layar.id – My Bitter Sweet House merupakan judul film asal Jepang yang bergenre drama. Film My Better Sweet House yang ditulis dan disutradarai Kikuchi...

Film Barat

Layar.id – Empire of Light, film berlatar belakang Kota Pesisir Inggris pada awal 1980an. Film ini sukses memberikan pesan dan menyentuh hati siapapun yang...

Film Jepang

Terakhir diperbarui 10 Juli, 2023 Layar.id –  Sinopsis film Pierotachi sendiri berikan kesan baru bagi penggemar film Jepang. Film horor Jepang terbaru ini merupakan...

Film

Layar.id – Masyarakat Indonesia memperingati Hari Ibu di setiap tanggal 22 Desember. Sosok ibu adalah sook penting dalam setiap individu dan keluarga. Banyak film...