Connect with us

Hi, what are you looking for?

Berita Hiburan

MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK Siap Berkompetisi Di Ajang OSCAR 2019

MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK Siap Berkompetisi Di Ajang OSCAR 2019

Terakhir diperbarui 8 Januari, 2024

FILM DENGAN LATAR KEINDAHAN ALAM SUMBA BERTAJUK MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK AKAN IKUT BERKOMPETISI DI AJANG OSCAR 2019.

Jakarta, Layar.id – Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak merupakan film arahan sutradara Mouly Surya yang sudah tayang di tahun 2017. Namun karena berbagai prestasi yang ditorehkan, maka kini film Marlina dipilih untuk menjadi perwakilan Indonesia untuk ajang Academy Awards ke-91 (Oscar). Perhelatan besar insan di industri perfilman baru akan digelar pada 24 Februari 2019 mendatang.

Seperti dilansir dari CNN Indonesia, film garapan sutradara Mouly Surya ini dikirim untuk berpartisipasi dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.

Namun tidak serta merta Marlina bisa langsung bersaing memperebutkan Piala Oscar.  Tentu saja Marlina akan melewati proses screening lebih dulu. Dalam proses itu, para juri Academy akan menyortir ratusan film dari luar Amerika Serikat (AS).

BEBERAPA FAKTOR DIPILIHNYA MARLINA

MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK Siap Berkompetisi Di Ajang OSCAR 2019

Dipilihnya Marlina oleh Komite Seleksi Film Indonesia yang dipimpin oleh aktris senior Christine Hakim, memerlukan waktu yang cukup panjang.

Lalu, mengapa Marlina yang dipilih untuk berkompetisi di Oscar 2019?

Menurut Christine Hakim, Komite memilih sesuai untuk Oscar. Setiap festival punya karakteristik berbeda. Ini bukan pemilihan seperti festival, dipilih yang terbaik. Ada unsur-unsur yang dipertimbangkan untuk kategori ini meliputi semua unsur. Baik dari tema dan semua unsur pendukungnya.

Hal ini berkaitan dengan salah satu syarat dari Academy of Motion Pictures Arts and Sciences (AMPAS). Bahwa AMPAS mewajibkan film yang diajukan harus sudah tayang selama tujuh hari di negara asal mulai 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018. Jadi, ketika Komite Seleksi Film Indonesia memilih Marlina, maka itu tidak melanggar aturan main.

Christine mengungkapkan bahwa keputusan memilih Marlina juga sudah sesuai dengan pedoman Foreign Languange 2018 dan regulasi dari Academy.

Selain hal di atas, juri Academy menginginkan film yang diajukan harus sudah ditayangkan ke publik non-bioskop sebelum rilis secara komersil. Marlina juga memenuhi syarat ini, karena pernah tayang perdana dalam Festival Film Cannes pada Mei 2017.

Selain sesuai persyaratan, anggota Komite Seleksi Film Indonesia sepakat bahwa Marlina sesuai dengan tema dan isu sosial yang tengah hangat di AS. Saat ini, di Amerika Serikat sedang hangat tagar #MeToo. Tagar tersebut bermula saat beberapa aktris mengaku telah dilecehkan oleh produser terkenal Harvey Weinstein. Kasus itu memicu penyebaran keberanian insan film di seluruh dunia untuk membuka diri atas persoalan gender dan rasial.

Marlina dianggap cocok dengan isu tersebut.

FILM BERPRESTASI

MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK Siap Berkompetisi Di Ajang OSCAR 2019

Film ini mengisahkan seorang janda bernama Marlina (Marsha Timothy) yang mencari keadilan. Setelah suaminya meninggal, kawanan perampok menyerbu dan mengancam akan memerkosa Marlina. Ia melawan dan membunuh semua penjahat. Keesokan hari ia menenteng kepala pimpinan rampok (Egi Fedly) dan mengarungi perjalanan untuk mencari keadilan.

Terpilihnya Marlina sebetulnya tidak mengherankan. Karena, film berdurasi 93 menit ini merupakan salah satu film Indonesia berprestasi selama beberapa tahun belakangan ini.

Pertama, film ini berhasil menembus kategori Director’s Forthnight dalam Cannes Film Festival di Prancis pada Mei 2017.

Kemudian Marsha Timothy terpilih sebagai Aktris Terbaik dalam Sitges International Fantastic Film Festival ke-50 di Catalunya, Spanyol, Oktober 2017.

Prestasi berikutnya, dalam Festival Film Wanita Internasional yang digelar di Sale, Maroko pada 25-30 September 2017, Marlina menang dalam kategori Skenario Terbaik.

Film ini juga meraih penghargaan NETPAC Jury Award di Five Flavours Asian Film Festival (FFAFF) di Warsawa, Polandia, pada 15-22 November.

Film Marlina juga tayang di berbagai festival film seperti Toronto International Film Festival (TIFF), Melbourne International Film Festival, dan New Zealand Film Festival.

Kritikus luar negeri, khususnya Amerika Serikat menyukai film yang berlatar di Sumba, Nusa Tenggara Timur ini.  Dalam situs Rotten Tomatoes, film Marlina berhasil memperoleh rating 97 persen dengan nilai rata-rata 7,7 dari 10 poin.

MARLINA DAN BUFFALO BOYS

MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK Siap Berkompetisi Di Ajang OSCAR 2019

Rupanya, yang akan berkompetisi di Oscar 2019 nanti tidak hanya Marlina yang akan mewakili Indonesia. Karena ada Buffalo Boys, film Indonesia yang juga turut serta. Namun, film Buffalo Boys garapan Mike Wiluan itu dipilih untuk mewakili Singapura.

Bisa dimengerti, karena Buffalo Boys merupakan proyek patungan Zhao Wei Films (Singapura) dan Infinite Frameworks (Indonesia). “Ini semua soal meningkatkan industri film agar tetap berkelanjutan. Apakah film itu Indonesia, Thailand atau negara lain,” ujar Ketua Komisi Film Singapura, Joachim Ng, kepada Strait Times.

Menurut Ng, itu tidak masalah sebab Buffalo Boys memberi nilai tambah pada Singapura dengan memberi kesempatan kepada warga untuk bekerja dalam proses produksi.

“Kami yakin film ini sealiran dengan para penonton, tak hanya di Asia tapi juga secara internasional, serta membuka jalan untuk film-film berikutnya yang dibuat oleh Singapura,” tutup Ng.

KRITIK SOSIAL YANG CERDAS

MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAK Siap Berkompetisi Di Ajang OSCAR 2019

Sutradara Mouly Surya membagi kisah Marlina menjadi empat babak. Si wanita pembunuh yang diperankan Marsha Timothy. Dia janda yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Babak demi babak perlahan mengungkap jati diri Marlina, sosok yang diam-diam menyimpan misteri.

Kisah Marlina menyuguhkan potret gambaran di pelosok Indonesia. Himpitan kemiskinan membuat Marlina tak bisa membiayai pemakaman suaminya. Sang suami terpaksa jadi mumi yang berbungkus kain di sudut rumahnya. Ia menjadi saksi kebiadaban para perompak.

Modal transportasi adalah sesuatu yang langka di Sumba. Ini tergambar lewat pengambilan gambar dengan angle lebar, saat Marlina harus mencari tumpangan truk demi menjangkau aparat kepolisian.

Ketika bus tak bisa diandalkan, Marlina pun menunggangi kuda sampai ke kantor polisi. Namun ternyata, aparat yang notabene melindungi masyarakat pun tak bisa diharapkan menuntaskan kasus Marlina.

Ini menjadi sebuah kritik sosial yang cerdas.

Di sisi lain, Marlina adalah tontonan yang menghibur. Lewat dialek, dialog, pengambilan gambar, dan musik pengiring yang memanjakan mata dan telinga. Dialek khas yang berhasil diperankan oleh aktor dan aktris, banyak mengandung komedi gelap, hingga mengundang untuk tersenyum.

Ditambah eksotisme alam tanah Sumba, membuat penoton betah berlama-lama menyaksikan Marlina selama 1 jam 30 menit.

Acungan jempol untuk aktor dan aktris dalam Marlina Si Pembunuh Empat Babak benar-benar tampak seperti orang Sumba.

Sebuah film dengan genre dan cerita yang segar dalam dunia perfilman Indonesia.

Indonesia sudah cukup sering mengirimkan film untuk berkompetisi, namun belum berhasil menembus nominasi Oscar. Mudah-mudahan saja, kali ini berhasil ya? Kita doakan saja.

Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Baca Juga

Sinopsis

Layar.id – Tahun 2024, Oscar telah memberikan penghargaan kepada sineas perfilman yang sukses meraih perhatian para penggemar lewat cerita, karakter, dan visualnya. Apa saja...

Film

Layar.id – Mungkin sudah saatnya Ali Topan ini jadi sebuah film yang buat semua orang berpikir. Kalau semudah itu sebuah perlawanan terhadap tirani penguasa...

Aktor/ Aktris

Layar.id – Awal tahun 2024 akan hadir banyak film bioskop lengkap semua genre yang sayang banget untuk kamu lewatkan. Salah satunya adalah film Titip...

Sinopsis

Layar.id – Ketika anak 7 tahun merindukan kehangatan keluarga, Adhiyat melakukan pencarian Tuhan dengan menulis dan mengirimkan surat untuk Tuhan. Seperti apa kisahnya? Baca...