Connect with us

Hi, what are you looking for?

Film Indonesia

Hujan Bulan Juni Diangkat jadi Layar Lebar, Ini Komentar Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono, penulis Hujan Bulan Juni mengatakan bahwa ia sangat mengapresiasi karyanya dituangkan menjadi sebuah film layar lebar. Ia menilai bahwa film yang dibintangi  oleh Velove Vexia dan Adipati Dolken ini sukses menerjemahkan puisinya.

Ia merasa bangga dan menyukai film yang baru akan tayang pada 2 November 2017 mendatang. Sapardi mengaku bahwa dirinya tidak begitu memikirkan berapa banyak jumlah penonton nantinya, yang terpenting bagi dirinya film ini sudah berhasil menerjemahkan karyanya.

“Saya nggak pernah, itu kan urusan orang suka film seperti apa saja. Ini filmnya yang agak berbeda dengan film lain. Ini menerjemahkan puisi dan itu berhasil,” katanya.

Adipati, Velove, dan Koutaro

Sapardi mengatakan dirinya sempat merasa heran sekaligus kagum dengan kepiawaian Hestu selaku sutradara Hujan Bulan Juni.

“Saya kira Hestu bisa menghubung-hubungkan dengan bantuan yang membuat skenario. Jadi tokoh itu nyambung. Tentu di dalam novel saya agak lain nyambungnya, tapi dalam film itu nyambung banget dan saya sempat heran.”

Sapardi Bicara Soal Perbandingan Antara dengan Film Novel

Tak dapat dipungkiri bahwa sebuah film yang mengadaptasi buku atau novel selalu akan dibandingkan. Hal tersebut juga berlaku dengan film ini. Namun, Sapardi mengatakan jika apapun reaksi penonton nantinya adalah hal yang wajar, tapi bukan sesuatu yang harus diperdebatkan.

“Itu adalah yang akan terjadi dalam proses pemindahan buku ke film,” kata Sapardi.

Velove Vexia jadi Pingkan di Hujan Bulan Juni

Sapardi mengatakan bahwa dengan perbandingan tersebut akan membuat keduanya mendapatkan sebuah keuntungan.

“Justru lebih banyak hal yang menguntungkan. Novel terangkat dengan filmnya, film terangkat dengan novelnya.”

Alasan Sapardi Beri Kebebasan Bagi Film Hujan Bulan Juni

Seperti kebanyakan film hasil adaptasi, penulis dan sutradara serta penulis naskah pasti akan bekerja sama. Namun, tidak dengan Sapardi. Ia enggan untuk ikut campur bahkan sekedar memberikan masukan. Apa alasannya?

“Saya bilang nggak mau. Artinya saya lepaskan semuanya. Bagaimana tafsirnya? Terserah kalian semua. Soalnya saya nggak suka karena itu keyakinan saya. Kalau saya ambil sesuatu yang sudah ditulis orang, ya saya punya kebebasan. Kalau ini sekarang orang mau bikin film, ya dia harus punya kebebasan,” beber Sapardi.

Sapardi Bingung Karyanya Masih Diminati Hingga Saat Ini

Secara jujur, Sapardi bingung mengenai karyanya yang dikenal luas dan bahkan masih diminati hingga kini. Dari banyaknya puisi yang ia tulis, Hujan Bulan Juni dapat dikatakan yang paling disukai.

“Ya ini mungkin kebetulan. Saya nggak tahu. Saya ketika mengubah dari puisi menjadi novel saja sudah susah. Ngos-ngosan gitu ya. Kemudian nggak tahu kenapa laris banget ya? Sehingga diminta untuk dijadikan film.”

“Saya oke, saya nggak masalah. Bahkan ketika saya mentransferkan dari puisi ke novel itu pun lain. Saya tidak lagi ikuti puisi itu. Saya memang nulis novel,” ungkapnya.

Nasihat Sapardi

Sapardi mengingatkan agar penonton tidak membandingkan karyanya dengan film. Bagaimanapun hasilnya nanti meskipun perbandingan tersebut adalah sesuatu yang wajar.

“Enggak bolah. Film dengan film. Buku dengan buku. Itu haram, nggak boleh ya. Jadi kalau kita mau bilang itu film bagus apa nggak. Jangan tergantung kepada bukunya. Bukunya bisa lebih bagus. Bisa lebih lari, tapi bukan itu masalahnya. Dengan film lain dia bagus apa nggak,” katanya.

“Buku saya juga begitu, kalau filmnya jelek apa buku saya jadi jelek? Kan nggak. Ya sama saja. Jadi kalau mau bikin studi ya bandingin film dengan film. Buku dengan buku. Itu prinsipnya, nggak bisa kalau gambar dibandingkan dengan kata-kata. Kata-kata ini nggak ada gambarnya.”

Sapardi Ikut Main Film Hujan Bulan Juni

Sapardi mengatakan jika dirinya ambil bagian dalam film Hujan Bulan Juni sebagai ayah Sarwono (Adipati Dolken)

“Dua hari sebelum saya main film, dibilangin sama sutradara nanti Pak Sapardi main. Ya sudah nggak bisa nolak. Kasihan yang menjadi Sarwono, kebanting dia,” candanya.

Hujan Bulan Juni

Adipati Dolken Sempat Galau dan Stres berperan sebagai Sarwono

Sarwono sendiri adalah seorang dosen muda yang berasal dari kota Solo. Ia memiliki karakter yang unik, tidak peduli penampilan, tetapi di waktu yang lain Sarwono dapat membuat hati seorang gadis luluh lantah hanya dengan sebait puisi miliknya.

Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Baca Juga

Film

Layar.id – Film horor Indonesia terbaru berjudul “Diwe: Hutan Larangan” akan segera menggebrak layar bioskop pada tanggal 4 Januari 2024. Disutradai oleh Bram Ferino...

Film

Layar.id – Banyak penggemar yang menyukai kisah romantis yang di awali dari pertemanan, berikut beberapa rekomendasi film pertemanan masa kecil jadi cinta di bawah ini....

Sinopsis

Layar.id – Industri perfilman Indonesia telah banyak melahirkan genre dan alur cerita yang menarik dengan topik yang beragam. Sebagai contoh banyak film yang mengangkat tema...

Amazon Prime Video

Layar.id – Amazon Prime Video telah memutuskan untuk terus mendukung industri konten lokal dengan mengumumkan rencana peluncuran delapan film Indonesia baru. Dua di antaranya,...