Film tentang sejarah Tibet, The Chainbreakers, mendapat perhatian internasional sejak lama. Meski belum tayang, film ini telah menyabet sejumlah penghargaan Festival Film China.
Jakarta, Layar.id – Film dengan fitur epik bertema Tibet, The Chainbreakers, menangkap kisah kehidupan yang tampaknya masih tersembunyi sampai saat ini. Film ini merupakan perspektif sipil pertama yang mengungkapkan masa 70 tahun silam, di mana terjadi sejarah rahasia pembebasan Tibet.
The Chainbreakers dijadwalkan tayang pada 8 Desember 2017 di bioskop China. Yang Rui, sang sutradara film mengatakan, bahwa film tersebut mencoba menggunakan narasi gaya Hollywood, untuk menceritakan legenda etnis Tionghoa.
“Film ini mencoba menggunakan narasi gaya Hollywood untuk menceritakan legenda etnis Tionghoa.”
Ia juga mengatakan, “Semoga dengan keindahan gambar yang asli, penonton dapat menyampaikan kompleksitas kodrat manusia dan pemikiran tentang martabat.”
The Chainbreakers Menyabet beberapa penghargaan
Meski The Chainbreakers belum tayang dalam skala nasional tapi film ini telah diputar selama acara Beijing International Film Festival ke-7, yang sudah berlangsung pada 16 sampai 23 April 2017. Hampir 500 film dari 41 negara dan wilayah diputar selama festival film tahunan ini.
Niu Song, ketua acara tersebut, mengatakan bahwa film tersebut (The Chainbreakers) merupakan bagian dari program nasional untuk film yang menampilkan semua kelompok etnis Tionghoa.
“Sekarang ada 17 kelompok etnis yang masih memiliki film mereka sendiri. Kami berdedikasi untuk mencari penulis skenario dan pembuat film untuk membawa budaya dan sejarah mereka ke layar lebar.” kata Niu.
Hebatnya, bahkan film ini berhasil meraih sejumlah penghargaan di beberapa festival film yang diselenggarakan di China. Penghargaan tersebut di antaranya Sutradara Terbaik, Penghargaan dari Juri, serta Penghargaan Film Terbaik untuk Pemuda China. Para penonton festival yang sudah menyaksikan film ini mengatakan bahwa ini adalah titik terang dari film Tibet, dibawakan dengan alur cerita yang hangat.
Alur cerita
Film yang dibuat pada set tahun 1950 ini, menghidupkan kembali sejarah daerah yang penuh gejolak, melalui perspektif seorang tentara dari Tentara Pembebasan Rakyat China. Judul The Chainbreakers sendiri memiliki arti menghancurkan atau memutus rantai orang, dengan kata lain disebut juga dengan pembebasan rakyat.
Alur cerita film ini berlangsung pada musim gugur tahun 1950. Di mana terdapat 18 tentara Angkatan Darat (AD) dari Sichuan ke Tibet Dongchang, yang siap mengemban tugas membebaskan Tibet dalam perjalanan mereka. Mereka menempuh perjalanan yang tidak mudah karena mereka terlibat dalam konflik cinta dan kebencian di antara reproduksi sesungguhnya, dari pembalikan besar tujuan pihak tertentu untuk melawan mereka sendiri.
Proses syuting The Chainbreakers
Usut punya usut, kendala dalam proses syuting film ini sangat besar bagi tim di balik layar. Karena mereka harus mengambil adegan di ketinggian 4800 meter di atas dataran tinggi, yang tertutup salju selama 80 hari syuting. Wow!
Kesulitan terbesar adalah dataran tingginya, karena kurangnya oksigen, udara kering dan respon fisiologis. Seringkali orang yang berjalan berjalan mendadak pusing, perlu mengandalkan transmisi dukungan oksigen sebagai alat penunjang.
Kabar yang lebih buruk, Sutradara Yang Rui yang membawa kru filmnya yang berjumlah sekitar 300 orang untuk syuting dalam kurun waktu 2 bulan, [ada akhirnya hanya menyisakan 50 orang saja! Meski pahit tapi mereka bersikeras menyelesaikan syuting sampai akhir di tanah dataran tinggi Tibet kuno itu.
Dalam trailer-nya, kita bisa melihat gambar cuplikan burung pemakan bangkai, gletser, danau, pegunungan yang tertutup salju, dan pemandangan lainnya yang bisa mengejutkan Anda. Film ini dibintangi oleh sejumlah artis China, seperti Duobujie, Ziyi Wang, Yang Xiu Cuo, Luo Sang Nian Zha, dan Ngawang Rinchen. Ziyi Wang sebagai pemeran utama akan berperan sebagai prajurit.
The Chainbreakers, film yang menampilkan citra pria Tibet yang tangguh dan penuh pesona, sungguh menarik untuk ditonton. Bukan begitu Pelayar? (Edit/Claudia)
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.