Terakhir diperbarui 25 Agustus, 2023
Layar.id – Ketika membawa format antologi, ini menjadi cara jitu bagi genre horor untuk mendapatkan lampu hijau. Mulai dari Twilight Zone ke American Horror Story hingga Black Mirror, tampaknya sesuatu pendek dan to the point bekerja paling baik dan efektif untuk menakut-nakuti dan membuat bingung pemirsa. Itu tentu saja merupakan alasan di balik ekspor terbaru dari HBO Asia, Folklore, yang membawa enam kisah horor unik dari banyak negara Asia (Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, dan Thailand) dalam mengadaptasi kisah-kisah dari mitos dan legenda budaya masing-masing negara.
Hasilnya adalah eksplorasi budaya yang menarik dan kadang-kadang yang menarik mampu memberikan jumlah variasi yang mengejutkan sehubungan dengan teknik yang digunakan dalam bercerita, struktur, dan pembuatan film yang bersangkutan. Kelemahannya adalah meskipun Folklore menawarkan banyak variasi budaya dan tematik, serta dalam hal cakupan dan ambisi, kualitas setiap episode berdurasi satu jam juga dapat bervariasi secara dramatis, dari ‘A Mother’s Love’ yang nyaris tanpa kata-kata ke yang hampir sukses, ‘Tatami’.
Folklore memiliki enam cerita, dengan ‘Nobody,’ ‘Pob,’ ‘Toyol,’ ‘Mongdal’, ‘A Mother’s Love’, dan ‘Tatami’. Semua cerita memiliki sudut pandang supernatural yang berbeda. Kadang-kadang terang-terangan, seperti dalam ‘A Mother’s Love,’ yang mengisahkan seorang ibu single parents yang menganggur dan putranya yang masih muda, karena mereka dihantui oleh roh pendendam yang dinamakan Wewe Gombel, setelah menemukan loteng yang penuh dengan anak-anak yang diculik. Segera setelah itu, wanita tersebut mulai dihantui oleh penampakan anak-anak yang hilang, dan bahkan mulai percaya bahwa putranya sendiri terjerat dalam mitologi Wewe.
Sementara ‘A Mother’s Love’ banyak mengadopsi kiasan dari film-film seperti The Conjuring and Insidious, ‘Tatami,’ sebuah kisah horor Jepang yang disutradarai oleh Takumi Saitoh, memadukan hadir obsesi sehari-hari atas kisah-kisah kriminal dengan supernatural deus ex machina. Apa yang mengejutkan dari ‘Tatami’ adalah betapa drastisnya perbedaan itu dari pendekatan yang hampir dilukis dengan penceritaan horor yang digunakan oleh ‘A Mother’s Love.’ Tidak satu kata pun diucapkan dalam 15 menit pertama, sebagai karakter utama episode ini Makoto Kishi (Kazuki Kitamura) menyelidiki situs dari pembunuhan keluarga yang mengerikan dan terilihat ritualistik. Efeknya mengerikan dan menunjukkan bahwa Saitoh bertujuan untuk melakukan sesuatu yang unik dengan bagian antologinya. Keheningan awal terungkap karena karakter utama tuna rungu membuat pivot yang memikat untuk diambil, yang benar-benar membuat penonton untuk merasakan perspektif karakter di bagian pembukaan. Sayangnya, episode dengan cepat berubah sehingga tidak lagi menjadi cerita Makoto, tetapi lebih kepada ibunya, karena kebenaran berdarah tentang masa lalunya yang terungkap.
Episode yang tersisa bergerak dengan cara yang sama, masing-masing menggunakan satu atau lebih elemen horor yang umum, seperti roh pendendam, atau hubungan aneh remaja psikopat dengan ibunya. Awalnya menjanjikan, tetapi kemudian terputus-putus disaat mengikat berbagai elemen tematiknya. Terlalu sering, episode-episode seri antolohi ini berjuang untuk memasukkan aspek mitologi atau cerita rakyat ke dalam cerita itu sendiri, dan, sebagai hasilnya, elemen yang dimaksudkan untuk seri lebih terasa seperti sebuah penulisan dalam lokakarya cerita pendek. Jadi, mungkin ada masalah dari durasi untuk menekan kan cerita.
Baca juga – Trailer CHILD’S PLAY Reboot Diprediksikan Rilis Minggu Depan
