Terakhir diperbarui 15 April, 2022
Layar.id – Meskipun berjudul dan berkisah tentang awal mula penjahat ikonik Joker, film terbaru karya Todd Philips tidak berusaha membuat protagonisnya dielukan penonton.
Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) sudah biasa diejek dan dikasari orang-orang. Dia tinggal berdua dengan ibunya di sebuah apartemen kusam dan mengidap kondisi unik yang membuatnya sulit berhenti tertawa. Ditambah lagi, dia mengalami depresi berat dan terlihat mengalami gangguan mental. Ketika Arthur tak tahan lagi menghadapi tekanan yang bertubi-tubi, muncullah alter ego bernama Joker yang mengambil alih masa depannya.
Baca: “Bebas” – Film Adaptasi Korea yang Penuh Kejutan
UNRELIABLE NARRATOR
Namun, alih-alih kisah sentimental, film Joker justru meninggalkan rasa campur aduk di benak ketika selesai menonton. Di satu sisi memahami betapa buruknya hidup Arthur yang menjadikan dirinya beralih ke jalan kekerasan. Di sisi lain ia tidak dapat menerima hal-hal buruk yang dilakukannya pada orang lain.
Film ini menjadikan Arthur sosok narator yang tak dapat dipercaya. Beberapa plot cerita yang hadir terungkap hanya sebagai bagian dari fantasinya. Dengan demikian, kondisi psikologi Arthur mendapat tempat utama sebagai penyebab ‘kemunculan’ Joker.
Baca: Marvel dan Sony Rujuk Demi Spiderman
Pendekatan dan teknik cerita yang diusung membuat film ini menjadi sebuah studi karakter yang membumi dan apik. Penonton diajak untuk bersimpati pada keadaan Arthur namun tidak berempati pada pilihan-pilihan yang diambilnya.
Dari aspek performa akting, film ini juga patut mendapat pujian. Joaquin Phoenix menghadirkan sosok Arthur yang begitu rapuh dan mudah diakses penonton. Dari akting Phoenix dapat terlihat betapa dalam luka yang dialami Arthur di balik tawanya yang sulit terhenti.
Baca juga: Simak Aksi Harley Quinn dalam Trailer “Birds of Prey”
Selain studi karakter sang penjahat ikonik, sistem sosial masyarakat mendapat porsi besar di film ini. Joker mengkritisi bagaimana buruknya perlakuan kita sebagai masyarakat terhadap satu sama lain turut memiliki andil dalam membentuk monster-monster seperti ini.
Saat orang-orang tertindas akhirnya memiliki kekuatan untuk bangkit dan mengambil kontrol, mereka akan menyerang hal yang telah menyakitinya. Seperti Joker, yang tidak lagi menganggap hidupnya sebagai tragedi melainkan sebuah komedi.
Sumber: berbagai sumber
Foto: berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.