Layar. id – Karya layar lebar dari Sutradara Joe dan Anthony Russo membuat sesuatu yang berbeda dengan membengkokkan aturan, klise, bahkan lebih simbolis dengan adanya The Gray Man.
Sesuai judulnya cocok dengan novel petualangan klandestin CIA pertama Mark Greaney. Maka dari itu dari segi karakter memilih sosok yang beroperasi di lembah berkabut dan tidak mencolok antara retorika film barat lama mengenai orang baik dan jahat dengan label lebih jelas.
Selain itu, ada yang jauh lebih menyenangkan dan ruang gerak bermain di tengah ketidakpastian dari penyamaran mereka.
Baca juga: Sinopsis The Gray Man: Court Gentry Diburu Oleh Lloyd Hansen
Beberapa pesan yang didapatkan dari film ini:
Untuk mendapatkan Sesuatu, Bersikaplah Fasih
Perilaku The Gray Man yang menyerang keras memberikan momen “wow”-nya di samping tinju dan peluru. Adegan ini menjadi pembicaraan sulit yang dilontarkan dari naskah karya dari Joe Russo, Christopher Markus dan Stephen McFeely.
Ryan Gosling mencampurkan sarkasme untuk membuat adegan lebih menggelitik dengan sedikit humor kering.
Di samping itu, Chris Evans dan Regé-Jean sedikit bermain-main dengan penjahat dan bersenang-senang secara verbal dan fisik yang sadis. Lelucon dan permainan kata-kata yang mempertajamkan mereka tetap berada di atas one-liner ala Schwarzenneger yang menyeramkan serta ejekan dari promo WWE.
Pembengkokan norma Russo bersaudara berlanjut dengan cakupan produksi lebih luas dari The Gray Man. Joe dan Anthony yang mendukung kesuksesan Marvel Cinematic Universe, mengamankan anggaran terbesar yang pernah dikeluarkan Netflix untuk sebuah film hingga saat ini.
Namun, apakah mereka memasukkan setiap dolar ke dalam ekstravaganza substansial? The Gray Man hadir dengan intrik kawat tinggi bahkan energinya melompat-lompat menjadi penggunaan yang jauh lebih baik dari kinetik. Bobot kejahatan kerah biru lebih rendah dari Cherry dengan tas merupakan trik mereka membengkakkan film.
Belajar Melihat Sesuatu dari Sudut Pandang Yang Berbeda
Penampilan Ryan Gosling sebagian besar menggunakan jubah warna gelap yang berbaur di luar jaringan bahkan menutupi pusat moralnya. Alih-alih mengenakan tampilan luar untuk mendorong keberaniannya sehingga dapat dilihat semua orang, ternyata dialah penguntit yang pendiam.
Bahkan dengan cara yang sama, penjahat “topi hitam” flamboyan diperankan oleh Chris Evans yang tidak pernah bersembunyi di balik bayang-bayang. Berjalan-jalan dengan semua angkuh berayun menggenakan celana putihnya yang keras, dia dapat melakukan apa saja dan setiap hal yang keras dan eksplosif untuk mendapatkan targetnya.
Sumber: Berbagai sumber
Foto: Netflix
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.