Layar.id – Pameo Bad News is Good News kerap dipakai dalam bidang jurnalistik. Dimana berita buruk seperti peristiwa kriminal, kecelakaan, bencana alam, ataupun rumor kerap menjadi bahasan utama dan tak pernah sepi peminat. Terlebih dalam era kini dimana arus informasi berlangsung sangat cepat. Saat dimana yang awam pun mampu menyajikan berita dan kerap menajdi bahan oleh media demi mengejar rating. Isu inilah yang kemudain menjadi premis film thriller garapan Dan Gilroy dengan Jake Gyllenhaal sebagai pelaku utama
Alur Cerita
Lou Bloom (Jake Gylenhall), pemuda yang tinggal di padatnya kota Los Angeles, tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia kerap melakukan pencurian yang kerap disertai dengan kekerasan demi bertahan hidup.
VELVET BUZZSAW – Film Horor Terbaru Jake Gyllenhaal Rilis Trailer
Pada tengah malam sekembalinya melakukan pencurian dan menjualnya ke penadah, Lou melihat ada kecelakaan di jalan. Lou kemudian menepikan sedan bututnya dan melihat lebih dekat apa yang terjadi: seorang wanita terlibat kecelakaan tunggal yang mengakibatkan mobilnya terbakar. Saat itulah Lou bertemu dengan Joe Loder (Bill Paxton), seoran jurnalis freelance atau lebih dikenal dengan istilah stinger. Dari situlah Lou diberi tahu jika rekaman video kecelakaan atau peristiwa kriminal lainnya bisa menghasilkan uang dengan menjualnya ke stasiun televisi.
Hari berikutnya, Lou yang bertekad untuk menekuni bidang jurnalisme lantas mencuri sepeda demi modal awal membeli peralatan kamera video serta scanner radio polisi. Berbekal sedan Toyoto butut, kamera seadanya, serta membajak sinyal radio polisi, Lou akhirnya merekam peristiwa pencurian mobil disertai kekerasan.
Lou lantas menjual rekaman peristiwa tersebut ke stasiun KWLA 6, stasiun televisi dengan rating rendah di Los Angeles. Lou menjual rekaman tersebut pada Nina Romina, produser program berita pagi.
Lou kemudian melebarkan sayap dengan merekrut Rick (Riz Ahmed) sebagai navigator sekaligus asisten. Berdua, mereka menyusuri tengah malam Los Angeles untuk mencari bahan berita.
“Bisnis” Lou berkembang. Kini dia tak lagi memakai sedan Toyota butut berganti dengan Ford Mustang keluaran anyar. Peralatan kamera videonya pun mumpuni. Itu semua berkat “kecurangan” Lou dalam merekam peristiwa. Lou juga tak segan mengambil gambar penuh darah seusai permintaan Nina: makin berdarah, makin bagus.
Lou juga mulai menyingkirkan saingannya. Joe Loder berhasil dibuatnya celaka dengan menyabotase van-nya. Bahkan Rick, asistennya, juga berniat disingkirkan karena meminta kenaikan upah.
Suatu malam terjadi peristiwa pembunuhan dengan senjata api di kawasan elit. Lou lebih dulu tiba di TKP mendahului polisi dan sempat merekam mobil pelaku. Lou nekat masuk ke dalam rumah dan menemukan visual mengerikan. Namun bagi Lou, itu adalah sumber uang. Lou lantas membawa rekaman tersebut ke Nina.
Awalnya kru yang lain keberatan dengan rekaman tersebut, Namun Nina bersikeras akan menayangkan rekaman tersebut yang akhirnya tetap ditayangkan dan berujung pada penyelidikan Lou oleh Polisi karena kejadian yang direkam Lou bukanlah perampokan seperti yang diberitakan, namun terkait dengan penjualan narkotik.
Di depan polisi, Lou berbohong. Polisi tahu Lou berbohong namun tak ada bukti. Pada malam berikutnya, Lou bersama Rick mengintai mobil pelaku, dan memanggil polisi ketika pelaku sedang mampir di restoran. Baku tembak tidak terelakan. Saat inilah Lou melancarkan aksi balasan terhadap Rick. Rick tewas saat mengambil gambar pelaku yang dikiranya sudah tewas.
Polisi lantas memanggil kembali Lou, namun seperti sebelumnya, Lou kembali dilepaskan karena tidak cukup bukti.
Ulasan Film
Lou Bloom sebagai tokoh utama merupakan tokoh nirsimpati dan nirempati. Namun dia pandai memanfaatkan situasi agar tangannya tidak kotor dengan darah. Lou Bloom tak segan menghabisi siapapun yang menghalangi jalannya. Termasuk Joe Loder, Rick, bahkan Nina sendiri. Lou adalah jenius sejati. Dia pandai memanfaatkan kondisi stasiun KWLA 6 yang ratingnya rendah dengan menjual rekaman video peristiwa berdarah.
Selain itu, Lou juga punya modal bacot yang mumpuni. Dia mampu mempengaruhi Rick dan Nina dengan skill komunikasi dan marketing yang dia pelajari secara otodidak. Lou juga nyaris tidak mengeluarkan modal dalam menjalankan usahanya. Bahkan dia memanfaatkan ponsel Rick yang ada GPS-nya sebagai alat navigasi.
Sementara Nina adalah gambaran dari keserakahan media. Apapun diterabas demi rating. Dan Rick adalah gambaran bagian bawah piramida kapitalisme. Rick rela dibayar rendah, tahu jika dirinya dimanfaatkan, namun tetap bertahan demi untuk bertahan hidup.
Dan semuanya mampu dimanfaatkan dan dimanipulasi dengan baik oleh Lou Bloom yang diperankan dengan apik oleh Jake Gyllenhaal.
Nightcrawler sendiri punya tempo yang cepat. Penonton tidak diberi kesempatan untuk bernafas. Robert Elswit (There Will Be Blood, Good Night, and Good Luck) sebagai penata kamera mampu menyajikan visual Los Angeles pada tengah malam yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Bagi yang mencari hiburan dengan tema sisi gelap manusia dan jurnalisme, Nightcrawler sayang sekali untuk dilewatkan.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.