Layar.id – Tidak selamanya aktor dengan kilauan CV dan nama besar menjadi jaminan dalam kesuksesan sebuah film.
Inilah yang dirasakan aktor legendaris Jackie Chan ketika memerankan seorang mantan polisi bernama Lin dalam film yang katanya bertema cyberpunk garapan sutradara Leo Zhang, Bleeding Steel (2017).
Meski sukses secara finansial, namun film dengan tema masa depan yang nanggung banget ini mendapat ulasan jelek dan sedikit mencoreng nama besar Jackie Chan.
Sinopsis Bleeding Steel
Lin (Jackie Chan), perwira pasukan khusus kepolisian Hong Kong tengah bergegas menuju rumah sakit. Nyawa anaknya, Xixi, sedang berada di ujung tanduk akibat penyakit leukemia akut yang dideritanya. Namun saat dalam perjalanan, Lin mendapatkan telepon dari rekannya Xiao Su alias Susan (Erica Xia-hou) jika Dr. James (Kym Gyngell), ilmuwan dengan penemuan yang nyeleneh dan juga merupakan saksi penting berada dalam bahaya dan harus segera dipindahkan dari tempat perlindungannya.
Masih ragu, Lin terus melaju menuju rumah sakit. Saat baru tiba di parkiran, atasannya menelpon dan menugaskan Lin untuk bergabung dalam misi menyelamatkan Dr. James. Lin tidak dapat menolak dan bergegas ke tempat Dr. James.
Saat akan memindahkan Dr. James ke tempat yang aman, segerombolan pasukan dengan armor hitam datang menyerang. Tujuannya adalah merebut jantung mekanik ciptaan Dr. James. Serangan dipimpin langsung oleh Andre (Callan Mulvey) yang merupakan cyborg ciptaan Dr. James.
Lin melakukan tindakan drastis dengan menabrakkan mobilnya ke Andre. Melihat Andre masih selamat, Lin lantas menembak drum berisi bensin guna menghabisi Andre. Lin cedera parah. Dan saat itu ponselnya berbunyi. Dr. James yang mengangkat. Ternyata telepon dari rumah sakit yang mengabarkan jika Xixi sudah meninggal.
Ternyata Xixi diselamatkan oleh Dr. James dengan memberikan jantung mekanis serta darah dari Dr. James yang sudah tercampur dengan substansi kimia.
Dan dimulailah sebuah film dengan kisah yang tidak jelas.
Baca juga: Jackie Chan Bujuk Chris Tucker Main Di Rush Hour 4
Review Bleeding Steel
Bisa saja definisi cyberpunk bagi Leo Zhang adalah film dengan kilauan lampu neon penuh warna dengan manusia cyborg. Teknologi dalam cyberpunk yang biasanya diperlihatkan sebagai campuran antara masa depan dengan masa kini, tidak tampak dalam Bleeding Steel kecuali jenis komputer hi-tech tapi masih pakai keyboard jadul yang menurut Leo Zhang masuk dalam kategori cyberpunk.
Alur film yang membuat ngantuk, motivasi karakter yang patut dipertanyakan, serta dari mana Andre mendapatkan dana operasional hingga bisa punya pesawat luar angkasa.
Jackie Chan yang biasanya jarang menghabisi lawan sampai berdarah-darah, justru diperlihatkan terbalik di film ini. Tidak ada guyonan segar, bahkan aksi Jackie Chan sebagai stuntmaster cuma diperlihatkan setengah-setengah. Seperti pertarungannya dengan Woman in Black (Tess Haubrich) di atap Sydney Opera House yang menjulang bagaikan sanggul oknum kepala dinas kesehatan Lampung.
Dan bicara soal Sydney, entah apa yang menjadi alasan kenapa Lin memerintahkan Susan untuk menitipkan Xixi ke panti asuhan di sana. Apakah faktor jauh dari Hong Kong? Australia sendiri pernah menjadi latar film Jackie Chan pada era akhir 90-an (First Strike dan Mr. Nice Guy).
Juga tidak ada aksi Jackie Chan mengendarai mobil Mitsubishi. Bagi penggemar film Jackie Chan, Jackie dan Mitsubishi adalah partner tidak terpisahkan. Dalam Bleeding Steel Jackie Chan malah mengendarai VW dan Audi yang menjadi sponsor film ini.
Karakter Li Sen (Show Lo) dan Xixi yang ganti nama menjadi Nana (Nana Ouyang) juga hanya seperti numpang lewat saja. Xixi atau Nana juga sebenarnya hanyalah zombie yang hidup berkat jantung mekanis yang warnanya seperti warna zirah Iron Man.
Secara keseluruhan, film ini patut mendapat skor 4 dari 10 poin. Jika Pelayar penasaran, Bleeding Steel dapat disaksikan di Netflix.
Akhirul kalam, film Warkop DKI Manusia 6000.000 Dollar dan Sama Juga Bohong jauh lebih cyberpunk daripada Bleeding Steel.
