Connect with us

Hi, what are you looking for?

Film

Cegah Kontroversi, 7 Film Indonesia ini Hanya Tayang di Luar Negeri

Beberapa tahun belakangan ini film Indonesia semakin menunjukkan taringnya. Tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia itu sendiri saja melainkan juga tembus hingga mancanegara.

Berbagai genre film sukses wara-wiri di festival dan ajang bergengsi internasional lainnya. Namun, ternyata kesuksesan tersebut kadang berbanding terbalik dengan keadaan di Tanah kelahiran. Beberapa film Indonesia yang diapresiasi oleh sineas mancanegara justru dilarang tayang di Negeri sendiri.

Banyak hal yang menyebabkan suatu film tidak lulus sensor, bisa jadi karena terlalu banyak adegan kekerasan, terlalu vulgar atau tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.

Lantas film mana saja kah yang terkenal di luar negeri, tetapi dilarang tayang di Indonesia? Ini dia!

Something in The Way

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau film Indonesia besutan Teddy Soeriaatmadja ini hanya ditayangkan di festival internasional saja. Alasannya sederhana karena film tersebut pasti tidak lolos sensor. Maklum saja banyak adegan yang vulgar contohnya pemeran utama pria, Reza Rahardian melakukan onani. Belum lagi film ini mengangkat tema tentang seksualitas, agama dan kemunafikan.

Salah satu adegan di Film Something in The Way

Ceritanya sendiri tentang Ahmad yang terlihat taat beragama dari luar padahal ia memiliki kebiasaan buruk yakni menonton film porno sembari melakukan onani. Suatu ketika ia bertemu dengan Kinar, tetangganya yang bekerja sebagai PSK. Ahmad jatuh cinta pada Kinar dan berusaha membantu pujaan hatinya untuk lepas dari cengkraman mucikari.

Meski sarat konten vulgar, tetapi film ini masuk World Premiere dalam Berlin International Film Festival di tahun 2013 silam.

About a Woman

Karya Teddy Soeriaatmadja lagi-lagi tidak ditayangkan di Indonesia karena filmnya sendiri bertemakan seksualitas, agama dan kemunafikan.

Kisah Cinta Beda Usia

Bercerita tentang kehidupan seorang janda paruh baya yang merasa kesepian. Sang anak yang merasa kasihan kemudian mengutus Abi untuk mengurus ibunya. Aby yang baru lulus SMA lambat laun merasa jatuh cinta pada wanita yang lebih cocok dianggap sebagai ibunya.

Film yang menyinggung tentang ikatan kasih sayang beda usia ini mendapatkan apresiasi yang sangat bagus dan ditayangkan di World Premiere di Singapore International Film Festival 2014.

Parts of The Heart

Bisa dibilang Parts of The Heart adalah film Indonesia yang berani mengangkat tema LGBT. Film ini mengisahkan tentang kehidupan Peter. Dari hubungannya bersama wanita kemudian menikah dan bagaimana akhirnya Peter terjerat cinta sesama jenis.

Parts of Heart dilarang tayang karena mengandung unsur LGBT

Karya sutradara Paul Agusta ini mendapat banyak apresiasi dari sineas mancanegara di Festival Film Internasional Rotterdam 2012.

Act Of Killing

Salah satu scene film Act Of Killing

Film yang memiliki nama lain Jagal ini adalah sebuah film dokumenter yang menyorot tentang pembunuhan anti-PKI di tahun 1965 hingga 1966. Film yang tidak ditayangkan di Indonesia ini mendapatkan sambutan yang luar biasa di seluruh dunia. Meski terbilang frontal, tetapi film ini sangat mendidik dan bahkan dicap sebagai sebuah Mahakarya.

Look of Silence

Salah satu adegan dalam film Look of Silence

Film yang mengupas tentang pembantaian masal di tahun 1965 ini sangat diapresiasi oleh sineasi mancanegara. Buktinya, Look of Silence masuk dalam nominasi Oscar untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.

The Sun, The Moon and The Hurricane

Film ini bercerita tentang Rain yang merasa gelisah di awal 30-an. Lambat laun Rain menyadari bahwa selama ini hidupnya terasa kosong karena kehilangan sahabatnya, Kris. Meski sebenarnya Rain menyadari selama ini ia memiliki rasa pada Kris, tetapi perasaan terlarangnya itu ia tahan.

Salah satu adegan film The Sun, The Moon and The Hurricane

Keputusan Rain membuatnya menyesal karena tak berselang lama ia menerima undangan pernikahan Kris dengan seorang gadis Bali.

Film yang ditayangkan di Jogja-Netpac Asian Film Festival 2014 ini berhasil meraih penghargaan Official Selection dan nominasi sutradara baru terbaik di Vancouver International Film Festival 2014.

Blind Pig Who Wants to Fly

Ladya Cheryl dalam film Blind Pig Who Wants to Fly

Film yang dibintangi Ladya Cheryl ini menggambarkan kisah etnis Tionghoa. Tujuan dari film besutan sutradara Edwin ini ialah untuk menyampaikan bagaimana kehidupan turunan Tionghoa di Indonesia. Mungkin karena mengandung unsur SARA film yang telah meraih banyak penghargaan di berbagai Festival Internasional ini tidak ditayangkan di Indonesia.

Nah, gimana guys? Ternyata banyak juga ya karya anak bangsa yang dengan berbagai pertimbangan tidak ditayangkan di Indonesia. Padahal film-film tersebut sangat diapresiasi di luar negeri.

Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Baca Juga

Film

Layar.id – Mungkin sudah saatnya Ali Topan ini jadi sebuah film yang buat semua orang berpikir. Kalau semudah itu sebuah perlawanan terhadap tirani penguasa...

Film

Terakhir diperbarui 16 Februari, 2024 Layar.id – Film Kedua IMAJINARI ini kembali gunakan formula yang sama dengan Ngeri Ngeri Sedap tapi bumbu-nya itu lho...

Film

Terakhir diperbarui 16 Februari, 2024 Layar.id – Sebuah film horor yang sebenarnya bisa buat kalian semua tidak perlu takut lagi. Begitu juga dengan film...

Film

Terakhir diperbarui 16 Februari, 2024 Layar.id- Kalau The Beekeeper adalah film One Man Action 2024, mungkin bisa kita nobatkan sekarang ini. Pasalnya yang main...