FILM BIOPIK ATLET LOUIS ZAMPERINI YANG DIANGKAT KE LAYAR LEBAR BERJUDUL UNBROKEN PATH TO REDEMPTION.
Jakarta, Layar.id – Film drama inspiratif Unbroken: Path to Redemption adalah film drama Amerika Serikat tentang atlet sekaligus tentara Louis Zamperini, siap tayang besok 14 September 2018.
Ini merupakan film sekuel dari film Unbroken yang rilis di tahun 2014.
Unbroken: Path To Redemption ini mengisahkan Louis Zamperini setelah kembali dari Perang Dunia II dan mengalami krisis spiritual.
Film ini disutradarai oleh Harold Cronk, dan skenarionya ditulis oleh Richard Friedenberg. Musik latarnya digarap oleh musisi Brandon Roberts. Produser yang menggarap film ini adalah Matthew Baer, Mike Elliott
Unbroken: Path To Redemption, ini merupakan salah satu produksi Universal Pictures Home Entertainment.
SEKILAS TENTANG UNBROKEN 2014
Drama inspiratif Harold Cronk meneruskan kisah Louis Zamperini setelah dia kembali ke rumah setelah perang dan mengalami krisis spiritual.
Louis “Louie” Zamperini adalah atlit lari Olimpiade Amerika berjuluk “The Torrance Tornado”. Dia juga seorang tentara Angkatan Udara yang menjadi tahanan perang di kamp Jepang. Sebelumnya, ia terombang-ambing dalam rakit di Samudera Pasifik selama 47 hari.
Tentunya ada alasan bahwa adaptasi layar Angelina Jolie dari buku terlaris Laura Hillenbrand ‘Unbroken’ di tahun 2014, tidak menyentuh sebagian besar materi yang dibahas dalam paruh kedua buku tersebut. Hal tersebut menjadikan film Unbroken (2014) terasa kurang greget.
Seperti diketahui bahwa film Unbroken yang pertama dibuat tahun 2014, disutradarai oleh Angelina Jolie.
Sayangnya pada film Unbroken (2014) ini menjadi seperti buku sejarah, datar dan monoton. Penonton sulit memahami apa yang dialami Zamperini, bagaimana kisah hidupnya? Penonton juga tidak akan mengenal dengan baik siapa Zamperini sesungguhnya. Di film ini, Zamperini terkesan seperti seseorang yang kebetulan saja dipilih untuk disorot kamera.
Padahal, Zamperini memiliki pengalaman masa, kemudian selama 47 hari di atas rakit di lautan, tetapi dia selamat. Ia juga pernah mengalami penyiksaan selama dua tahun di sebuah kamp POW Jepang. Lalu apa yang terjadi setelahnya, apakah ia pulang atau tidak?
Latar belakang inilah yang kemudian diangkat ke layar lebar untuk dapat menjadi sebuah drama yang mencekam. Setidaknya dari sekuel sederhana yang diharapkan menjadi film Unbroken: Path to Redemption, disutradarai oleh Harold Cronk (God’s Not Dead).
CUPLIKAN UNBROKEN PATH TO REDEMPTION
Setelah montase singkat yang menampilkan klip surat kabar dan rekaman arsip yang menceritakan kisah Zamperini. Dimulai dari catatan settingnya sebagai seorang pelari di sekolah menengah atas untuk berkompetisi di Olimpiade 1936 hingga kesuksesannya selama Perang Dunia II.
Setting film ini dimulai pada 1950 dengan Louis (Samuel Hunt) meninjau kembali Jepang untuk pertama kalinya sejak perang berakhir. Dia dibawa untuk melihat mantan tentara Jepang yang dihukum karena kejahatan perang, tapi dia justru tertarik pada satu orang.
“Where is ‘The Bird’ ?” Louis bertanya, mengacu pada Mutsuhiro Watanabe, si Kepala Penyiksa yang sadis, selama penahanannya.
Cerita kemudian beralih kembali ke scene saat Louis kembali ke kota kelahirannya di California setelah berakhirnya perang. Disini menjadi jelas bahwa ia mengalami sakit hati oleh pengalaman dan menderita PTSD. Dia juga tampaknya telah kehilangan imannya kepada Tuhan. Ia pun memberi tahu seorang pendeta bahwa dia tidak diselamatkan oleh keajaiban melainkan bom atom.
Louis mulai mabuk-mabukan, bahkan di saat ia bertugas patroli di negaranya. Ia pun sering menderita halusinasi, termasuk munculnya penampilan menakutkan sosok Watanabe (David Sakurai). Seorang tentara (Gary Cole) merekomendasikan perawatan dalam bentuk “terapi narkosis”. Yaitu sebuah terapi dengan mengkonsumsi sedikit barbiturat sehingga bisa tidur 15-20 jam sehari. Namun Louis tidak terlalu tertarik.
Adegan kemudian beralih ketika Louis menikahi Cynthia yang cantik (Merritt Patterson) tak lama setelah mereka bertemu ketika berlibur di Miami.
Keadaan baik Louis hanya bertahan sebentar saja. Karena setelah itu kemudian kebiasaan buruk dan emosionalnya mulai menurun lagi. Terlebih ketika dia gagal meraih kesempatannya untuk berlaga di Olimpiade berikutnya karena cedera yang dialaminya. Maka depresinya kambuh dan kebiasaan mabuk-mabuknya menjadi semakin parah.
Kemudian Cynthia memaksa Louis untuk mengikuti acara kebangunan rohani tahun 1949 yang menampilkan Billy Graham (diperankan oleh cucu Will Graham). Disinilah Louis mengalami pencerahan spiritual. Itu semua terjadi sangat cepat, dan semua orang tahu bahwa disitulah Louis menampilkan senyum tertulusnya.
PESAN MORAL
Film ini memberikan pesan inspiratif tentang kekuatan iman dan pengampunan, yang jelas merupakan raison d’etre. Tetapi ia (Louis) dapat melakukannya dengan cara yang formulatif, klise dan sederhana yang bisa menjatuhkan begitu banyak film inspirasional.
Ada banyak veteran perang yang mengalami pasca-trauma sehingga memerlukan banyak dukungan, perhatian dan juga pemulihan dari orang-orang di sekelilingnya.
Penderitaan yang dialami oleh veteran perang, tentu sangat berbeda dengan yang dialami karena hal lain. Disinilah pemahaman dari orang-orang terdekatnya, sangat memungkinkan mereka puliha dari pasca-trauma.
Dalam film inilah, kemudian terungkap alasan perjalanan Zamperini ke Jepang, tidak dimotivasi oleh keinginan untuk membalas dendam, tetapi untuk meyakinkan mantan penculiknya bahwa dia tidak memiliki dendam.
Namun demikian, ada sisi kelemahan dari film ini, adalah tentang penggambaran ‘Si Kepala Tahanan Bengis’ atau ‘The Bird’ tampak lebih menggelikan daripada menakutkan.
PARA PEMERAN
Aktor dan aktris yang turut membintangi film ini adalah Samuel Hunt, Merritt Patterson, Bobby Campo, Vanessa Bell Calloway, David Sakurai, Gary Cole, Will Graham.
Film ini mendapatkan rating PG 13, dengan durasi tayang selama 93 menit.
Di dalam film ini, aktor Samuel Hunt, sangat menjiwai karakter Zamperini dan ia lebih berhasil memerankannya daripada Jack O’Connell. Hunt memberikan kinerja yang solid dalam film ini, sehingga dapat membangkitkan keadaan periode pertengahan 1940-an.
Tapi itu belum bisa disebut sebagai drama, meski ada momen paling mengharukan sekalipun. Ironisnya, justru drama muncul dalam epilog cuplikan kehidupan nyata Zamperini yang kemudian menjadi pembicara inspirasional.
Kalau penasaran, tunggu tayang perdananya besok. Stay here!
