Layar.id – Adaptasi novel menjadi serial nampaknya merupakan salah satu yang cukup banyak penggemarnya. Terlebih jika novel tersebut sangat sukses pada perilisannya. Dengan sudah memiliki basis penggemar yang kuat, tentu versi adaptasi pun sudah banyak yang menantikan. Salah satunya adalah serial terbaru Netflix, All The Light We Cannot See.
All The Light We Cannot See adalah serial terbatas empat bagian yang akan datang berdasarkan novel pemenang Hadiah Pulitzer tahun 2014 dengan judul yang sama karya Anthony Doerr. Memenangkan penghargaan Pulitzer tentu menjadi bukti bahwa novel ini memiliki cerita yang sangat bagus. Serial ini akan disutradarai oleh Shawn Levy dan dibintangi oleh Aria Mia Loberti, Mark Ruffalo, dan Hugh Laurie.
Baca juga: Sinopsis GALAKSI, Adaptasi Wattpad Dan Novel Best-Seller!
Berbicara soal sang sutradara, tentu ia sudah memiliki kredibilitas yang cukup meyakinkan. Levy merupakan sutradara dari film Real Steel, The Internship dan serial film Night At The Museum. Dengan kesuksesannya di layar lebar, tentu ekspektasi tinggi akan ad apadanya untuk mengangkat novel ini menjadi tayangan menghibur.
Untuk pemeran, nama yang cukup mengundang perhatian adalah kehadiran Aria Mia Loberti. Jika sosok Mark Ruffalo atau Hugh Laurie sudah sering muncul di layar kaca, maka bagi Loberti serial ini akan menjadi debutnya. Kehadiran Loberti sebagai pemeran utama pun menjadi angin segar bagi kehadiran aktor dengan disabilitas. Loberti sendiri memiliki kekurangan pada penglihatannya dan keberhasilannya menjadi peran utama tentu membuat industri perfilman kini lebih inklusif bagi siapapun.
Serial ini sendiri akan mulai tayang di Netflix pada tanggal 2 November 2023. Sejauh ini, dalam penayangan terbatas, serial ini mendapat pujian dari para kritikus atas pemilihan pemeran, nilai produksinya, dan adaptasi yang setia terhadap novel.
Sinopsis Serial All The Light We Cannot See
Serial All The Light We Cannot See mengisahkan kisah Marie-Laure Leblanc dan Werner Pfennig. Leblanc adalah seorang remaja perempuan tunanetra asal Prancis sementara Pfennig adalah prajurit Jerman. Keduanya bertemu di Prancis yang berada dalam kekuasaan Jerman selama Perang Dunia II. Leblanc tinggal bersama ayahnya di Paris, di mana ayahnya bekerja sebagai tukang kunci di Museum Sejarah Alam. Pfennig tumbuh di sebuah kota tambang di Jerman, di mana ia adalah seorang operator radio yang berbakat.
Baca juga: Sinopsis Battle For Happiness Episode 10: Apa Rahasia Kang Do Joon?
Ketika Nazi menyerbu Paris, Leblanc dan ayahnya terpaksa melarikan diri ke Saint-Malo, di mana mereka berlindung bersama relasi mereka. Pfennig kemudian dikirim ke Saint-Malo, di mana ia ditugaskan ke unit militer Jerman yang bertugas untuk menghancurkan stasiun radar Sekutu di pulau tersebut.
Seiring berjalannya perang, kisah mereka kian terjalin. Pfennig kemudian tertangkap oleh Satuan Perlawanan Prancis. Di sana, ia akhirnya bersatu kembali dengan Leblanc di Saint-Malo. Keduanya harus bekerja sama untuk bertahan hidup dalam perang dan kembali ke keluarga mereka.
Sumber: Berbagai sumber
Foto: Netflix
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.
