FILM A MAN CALLED AHOK MEMILIKI LATAR BELAKANG AHOK KECIL HINGGA DEWASA DI BELITUNG TIMUR. IA HARUS MENJADI LELAKI YANG PUNYA PRINSIP – BEGITU AYAHNYA MENASEHATI AHOK.
Jakarta, layar.id – Film A Man Called Ahok memiliki latar belakang kehidupannya dari SMP hingga menjadi Bupati di Belitung Timur.
A Man Called Ahok adalah sebuah film biopik mengenai kehidupan mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang rencananya akan tayang akhir tahun 2018.
Film A Man Called Ahok ini merupakan film yang sudah mulai dibicarakan sejak kurang lebih dua tahun lalu, dan mulai digarap sejak sekitar bulan April lalu. Fokus cerita yang diangkat ke dalam film ini adalah kehidupan masa kecil Ahok hingga menjadi Bupati Belitung Timur.
Film garapan Putrama Tuta yang berjudul A Man Called Ahok, diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh Rudi Valinka (@kurawa).
LATAR BELAKANG BELITUNG TIMUR
Seperti yang diungkapkan Sutradara kepada pers di Metropole XXI, Jakarta “Ahok merupakan sosok yang sangat menarik untuk diangkat (kehidupannya). Namun, film ini tidak mengangkat kehidupan politik Pak Ahok. Hanya kehidupan dia dari SMP sampai dia menjadi seorang bupati.”
Dengan demikian, secara keseluruhan film ini mengambil latar belakang di Belitung Timur. Sedangkan lokasi syuting di Jakarta sangat kecil, karena hanya untuk memperlihatkan cuplikan mengenai kehidupan baru Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Syuting film ini membutuhkan waktu selama 37 hari. Bahkan menurut sutradara, selama masa produksi, alam turut serta mendukung pembuatan film, sehingga tidak menemui hambatan yang berarti. Bahkan para kru produksi juga memberi energi yang sangat luar biasa.
KARAKTER AHOK DIBENTUK
Sutradara Putrama juga mengatakan, ia ingin menceritakan bagaimana karakter seorang Ahok terbentuk. Bagaimana karakter Ahok dapat memberi dampak yang positif bagi banyak masyarakat. Ia lebih memilih aspek ini, karena menurutnya bagian ini adalah bagian terpenting dari kehidupan manusia. Maka dari itu ia lebih fokus pada keluarga Ahok.
Reza Hidayat, selaku produser, menambahkan bahwa film ini juga merupakan sebuah film transisi dari bagaimana seorang anak laki-laki dapat berubah menjadi seorang pria yang dapat mengubah dunia.
Maka tak mengherankan jika dalam cerita film ini lebih fokus pada hubungan Ahok dan keluarga, khususnya sang ayah bukan pada sepak terjangnya di dunia politik.
CUPLIKAN PERDANA
Dalam cuplikan perdana yang dirilis kepada media pada 6 September 2018 di Metropole XXI Jakarta, Ahok yang diperankan Daniel Mananta terlihat marah-marah. Ia berdiskusi dengan teman-temannya untuk melawan koruptor.
“Kita lawan sistem yang busuk ini. Kita bawa perubahan. Gue yang sikat tuh maling-maling,” kata Ahok.
Cuplikan dilanjutkan dengan kemunculan ayah Ahok bernama Kim Nam. Dalam film ini Kim Nam muda diperankan Denny Sumargo dan karakter Kim Nam dewasa diperankan Chew Kin Wah.
Baik Kim Nam dewasa atau pun tua terlihat sering menasihati Ahok. Mulai tentang bagaimana menjaga keluarga sampai mencintai Indonesia. Contohnya:
“Tetapi yang jelas, lelaki harus ada prinsip.”
“Jangan pernah berhenti mencintai negeri ini, Hok.”
Dalam cuplikan berdurasi dua menit lebih itu, juga tampak Ahok menulis surat sebelum berada di Rumah Mako Tahanan Brimob. Kemudian terlihat pula Ahok mengenakan pakaian dinas gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Secara keseluruhan, film ini merangkum kisah perjalanan Ahok selama 29 tahun sejak remaja SMP di Belitung. Lalu, mengikuti jejak ayahnya sebagai pengusaha tambang, hingga memutuskan terjun ke politik dan menjadi Bupati Belitung Timur pada tahun 2005.
Namun fokus utama adalah relasi Ahok dengan Kim Nam, ayahnya, dan bagaimana dia bisa menjadi seorang Ahok yang sekarang.
PARA PEMERAN
Selain Daniel Mananta yang memerankan Ahok dewasa, ada beberapa pemeran yang terlibat dalam film ini.
Diantaranya adalah Eric Febrian sebagai Ahok kecil, Sita Nursanti sebagai Buniarti tua, Eriska Rien sebagai Buniarti dewasa dan Edward Akbar.
Sementara itu, karakter Kim Nam dewasa diperankan Denny Sumargo dan karakter Kim Nam dewasa diperankan Chew Kin Wah.
Tentu saja tidak hanya itu para pemerannya, tetapi masih ada banyak lagi yang belum dimunculkan dalam cuplikannya.
TAHAP PASCA PRODUKSI
Tuta menjelaskan saat ini A Man Called Ahok sudah memasuki tahap pasca produksi sejak selesai syuting pada April lalu. Film ini direncanakan rilis pada November.
Selain sebagai sutradara, Tuta juga berperan sebagai penulis bersama Ilya Sigma dan Dani Jaka. Penulisan naskah dilakukan selama bulan Februari sampai Desember 2017 sembari riset, termasuk bertemu dengan Ahok.
Penulis dan sutradara menyatakan bahwa film biografi A Man Called Ahok tidak untuk mengagungkan sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Menurut Tuta, mereka juga menjauhkan cerita filmnya dari hal-hal politik dan kontroversial Ahok.
A Man Called Ahok direncanakan rilis di bioskop akhir tahun ini. Jadi, tunggu tanggal main dan infonya disini ya?
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.